Menurut
Muchtadi (1992) Kualitas dari produk buah olahan tergantung pada kualitas buah
tersebut sebelum dilakukan pengolahan. Oleh sebab itu sangat penting diketahui
beberapa hal penting seperti waktu panen yang tepat, cara pemanenan yang baik,
penanganan setelah panen, serta cara mempertahankan mutu buah segar setelah
panen.
Buah
memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga buah dikenal sebagai bahan
pangan yang cepat rusak dan hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas masa
simpan buah. Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan proses respirasi dan
transpirasi selama penanganan dan penyimpanan di mana akan menyebabkan susut
pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan berat; susut kualitas karena
perubahan wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau tekstur yang menyebabkan
bahan pangan kurang disukai konsumen; susut nilai gizi yang berpengaruh
terhadap kualitas buah.
Mutu simpan
buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat
dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada
umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi
tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan Sutardi, 1990).
Dengan
menggunakan sistem dan penanganan yang tepat, diharapkan akan meningkatkan
kualitas buah segar tersebut. Beberapa bentuk kualitas yang perlu diperhatikan
pada buah segar yaitu: penampilan buah (kondisi luar buah), tekstur (firmness,
crispness, dan juiceness), flavor, serta kandungan nutrisi lainnya.
Dari segi
penampilan termasuk di dalamnya ukuran, bentuk, warna, dan ada tidaknya
kerusakan dan luka pada buah. Sedangkan yang dimaksud dengan flavor adalah
pengukuran tingkat kemanisan (sweetness), keasaman (acidity), astringency, rasa
pahit (bitterness), aroma, dan off-flavor. Kandungan nutrisi pada buah dapat
berupa vitamin A dan C, kandungan mineral, dietari fiber, karbohidrat, protein,
antioxidan phytochemical (carotenoid, flavonoid, dan senyawa fenol lainnya).
Faktor-faktor keamanan yang juga mempengaruhi kualitas buah segar adalah residu
dari pestisida, keberadaan logam berat, mikotoxin yang diproduksi oleh berbagai
spesies fungi dan kontaminasi dari mikroba. (Winarno, 2004)
Pengaturan
suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan
mempertahankan kesegaran dari buah. Sedangkan kelembaban (relative humidity)
mempengaruhi kehilangan air, peningkatan kerusakan, beberapa insiden kerusakan
phisiologi, dan ketidakseragaman buah pada saat masak (ripening). Pengaturan
kelembaban yang optimal pada penyimpanan buah antara 85 sampai dengan 90%.
Kemudian komposisi atmosfir dalam hal ini terdiri dari oksigen, karbondioksida,
dan gas etilen dapat menyebabkan pengaruh yang besar terhadap respirasi dan
umur simpan buah. (AAK, 2000)
Mutu simpan
buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat
dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada
umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi
tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan Sutardi, 1990).
Pertumbuhan
organisme perusak dapat diperlambat pada suhu penyimpanan rendah, namun
komuditas segar berangsur-angsur kehilangan resistensi alaminya terhadap
pertumbuhan organism perusak. Oleh karena itu lamanya umur simpan ditentukan
oleh interaksi oleh senensensi alami (kehilangan kualitas), pertumbuhan
organisme perubahan dan kepekaan terhadap cacat suhu dingin (Tranggono dan Sutardi, 1990).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih, anda tidak menggunakan kata-kata berbau SARA. Komentar anda sangat membangun kami