Kebijakan
fiskal adalah kebijakan pemerintah mempengaruhi keadaan ekonomi makro melalui
serangkaian tindakan yang mempengaruhi pasar barang. Kebijakan fiskal umumnya
dijalankan melalui kebijakan anggaran pemerintah atau APBN, selanjutnya APBN
ini akan mempengaruhi perekonomian makro. Bila APBN meningkat maka penerimaan
dan pengeluaran pemerintah juga meningkat. Peningkatan pengeluaran ini akan
mempengaruhi kurva IS. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa kurva IS bergeser
bila terjadi perubahan pengeluaran agregat yang disebabkan oleh tiga faktor
yaitu pengeluaran investasi swasta, pengeluaran pemerintah dan pajak.
Perhatikan Gambar Pada awalnya
keseimbangan berada pada titik E0, kemudian pengeluaran pemerintah
mengalamai kenaikan sebesar ∆G sehingga AD juga naik. Kenaikan AD menyebabkan
kurva IS bergeser ke kanan, mengakibatkan income atau output naik dari Y0
ke Y1. Kenaikan income menyebabkan permintaan terhadap uang naik
sehingga untuk kembali ke titik keseimbangan maka bunga juga ikut naik ke i1
sehingga tercapai keseimbangan pada titik E1. Apabila tingkat bunga
tetap pada i0 maka income harusnya naik mencapai Y2
dengan keseimbagan E2 sesuai dengan besarnya multiplier kali ∆G (αG
∆G). Pada titik E2 ini telah tercapai keseimbagan pada pasar barang
karena pengeluaran telah sama dengan output (income). Tetapi karena adanya
keterkaitan antara pasar barang dengan pasar uang maka perobahan pada pasar
barang (kenaikan income) menyebabkan pasar uang tidak seimbang karena kenaikan
income telah menyebabkan naiknya permintaan uang yang selanjutnya mendorong
kenaikan tingkat bunga.
Peningkatan
pengeluaran pemerintah ∆G menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan. Pada tingkat
bunga yang sama dan melalui proses multiplier income naik ke Y2 dengan titik
keseimbangan pada titik E2. Peningkatan income menyebabkan keseimbangan pasar
uang berobah karena permintaan uang naik sehingga tingkat bunga naik. Kenaikan
bunga menyebabkan investasi menurun sehingga kenaikan income berkurang menjadi
Y1. Pengurangan dampak investasi akibat kenaikan bunga ini disebut dengan crowding
out.
Kenaikan tingkat bunga menyebabkan
investasi swasta berkurang sehingga mengurangi kenaikan AD. Disinilah
keterkaitan antara pasar barang dan pasar uang terjadi. Hanya pada titik E1
income sama dengan pengeluaran agregat dan permintaanuang sama dengan
ketersediaan supply uang. Titik E1 adalah titik dimana pasar barang
dan pasar uang dalam keadaan seimbang.
Pada pengaruh kebijakan
fiskal ini terdapat beberapa istilah, antara lain yaitu “Crowding out”. Pengertian
dari ‘Crowding out’ adalah menurunnya dampak dari pengeluaran autonomous
(kebijakan fiskal) karena mengakibatkan tingkat bunga naik sehingga pengeluaran
invesasi swasta menurun. Perhatikan gambar, dengan kenaikan pengeluaran
pemerintah seharusnya output naik sebesar αG ∆G sampai mencapai
titik E2, tetapi kenyataan hanya sampai pada titik E1.
Hal ini disebabkan karena kenaikan tingkat bunga telah menyebabkan invesatasi
swasta turun sehingga kenaikan output tidak sebesar yang seharusnya (bila bunga
tidak naik).
Dari Gambar diatas dapat
disimpulkan bahwa tingkat crowding out tergantung dengan kemiringan
kurva LM, semakin tegak kurva LM maka semakin tinggi tingkat crowding out,
dan sebaliknya bila semakin miring maka crowding out semakin kecil. Full
crowding out akan terjadi bila kurva LM vertikal, artinya peningkatan
investasi tidak memberikan dampak sedikitpun terhadap output kecuali hanya
menaikan tingkat bunga.
Pada kemiringan kurva LM tergantung
dengan koefisien tingkat bunga (b), sehingga semakin kecil b maka semakin tidak
respon permintaan uang terhadap perubahan bunga, artinya kurva LM semakin tegak
(vertikal). Bila b (bunga) sama dengan nol maka kurva LM vertikal. Dalam
keadaan ini maka kebijakan fiskal menjadi tidak efektif sama sekali, karena
hanya akan menaikan tingkat bunga tetapi tidak berpengaruh terhadap income dan
output. Terkait dengan tidak responsifnya bunga terhadap permintaan uang ini
ada tiga analisis yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
a.
Bila ekonomi dalam keadaan full employment maka
kenaikan pengeluaran (agregat spending) tidak akan menaikan output
karena semua faktor produksi sudah berkerja penuh. Menaikan pengeluaran
pemerintah, misalnya, hanya akan mendorong kenaikan harga. Dalam jangka pendek
mungkin dapat menaikan income, tetapi kenaikan income akan menaikan permintaan
uang; sementara supply uang ketat, yang terjadi adalah kenaikan tingkat bunga,
dan selanjutnya akan menurunkan pengeluaran agregat sehingga income dan output
turun kembali. Ini berarti pengeluaran pemerintah telah menggantikan
pengeluaran investasi (crowding out).
b.
Dalam keadaan ekonomi full employment, ekspansi
fiskal (menaikan pengeluaran pemerintah) tidak menaikan income tetapi justru
mendorong naiknya defisit anggaran pemerintah (budget deficit) karena
pemerintah harus meminjam kepada masyarakat untuk membiayai deficit tersebut.
Karena income tidak naik saving juga tidak naik, akibatnya dana masyarakat yang
tersedia untuk investasi swasta menjadi berkurang sehingga investasi menurun,
artinya terjadi crowding out. Tetapi bila kenaikan pengeluaran
pemerintah tersebut mengakibatkan income naik sehingga saving masyarakat juga
naik maka dana yang tersedia untuk investasi swasta meningkat sehingga crowding
out tidak akan terjadi secara penuh.
c.
Ekspansi fiskal dalam keadaan ekonomi full employment
yang mengakibatkan tingkat bunga naik sementara income dan output tidak naik
dapat dicegah bila ekspansi fiskal tersebut diiringi oleh ekspansi moneter.
Kenaikan supply uang akan menurunkan tingkat bunga sehingga crowding out tidak
terjadi. Hasilnya adalah output dan income naik tetapi tingkat bunga relatif
tetap. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan akomodatif (accommodating
policy).
AD itu apa?
BalasHapusAggregate Demand
HapusY itu apa
BalasHapusY itu apa?
BalasHapusItu Pendapatan Nasional atau output
HapusApakah kebijkan fiskal hanya akan berpengaruh terhadap kurva IS LM saja dan apakah kebijakan moneter hanya akan mempengaruhi perubahan kurva AD AS saja...?tolong kasih penjelasannya saya masih bingung..
BalasHapus