Biogas merupakan gas
mudah terbakar yang dihasilkan dari biomassa, terutama kotoran ternak/ manusia,
limbah kota/ industri, dan limbah pertanian melalui fermentasi anaerob (tanpa
oksigen) (Anonim, 2007).
Biogas merupakan teknologi pembentukan energi dengan memanfaatkan
limbah, seperti limbah pertanian, limbah peternakan, dan limbah manusia.Selain
menjadi energi alternatif, biogas juga dapat mengurangi permasalahan
lingkunagan, seperti polusi udara, polusi tanah, dan pemanasan global (Wahyuni,
Sri. 2011).
Anarobik sangat cocok untuk mengolah limbah cair yang mengandung
bahan organik kompleks seperti limbah dari industri makanan, minuman, bahan
kimia, dan obat-obatan. Bahan organik tersebut didegadrasi menjadi senyawa
sederhana dan stabil melalui empat tahap yaitu hidrolisis, asidogenesis,
asetogenesis, dan methanogenesis (Wagiman dan Setyoningrum, Desi. 2014).
Membuat biogas dari limbah cair melibatkan beberapa jenis
mikroorganisme, baik bakteri maupun jamur. Mikroorganisme tersebut antara lain
(Anonim, 2014) :
1.
Bakteri selulitik,
bakteri ini bertugas untuk mencerna selulosa yang ada di dalam limbah cair
menjadi gula.
2. Bakteri pembentuk asam, bakteri ini bertugas membentuk asam-asam
organik. Proses ini memerlukan suasana anaerob atau tidak memerlukan oksigen. Tahap
ini merupakan tahap awal dalam pembuatan biogas, tahap ini sering disebut
dengan tahap asidogenik.
3. Bakteri pembentuk metana, golongan bakteri ini
aktif merombak asetat menjadi gas metana dan karbondioksida. Tahap ini disebut
metanogenik yang membutuhkan suasana yang anaerob, pH tidak boleh terlalu asam
karena dapat mematikan bakteri metanogenik.
Biogas yang terdiri dari 60-65 persen metana. 35-40 persen karbon
dioksida dan hidrogen sulfida jejak, amonia, dan kotoran lainnya adalah gas
peledak dan beracun. Metana yang merupakan konstituen utama dari biogas tidak
berwarna, tidak berbau dan berasa. Metana juga mudah terbakar dalam konsentrasi
5 sampai 15 persen di udara dan, karena itu, berpotensi berbahaya (Mital, K.M.
1997).
Kadar senyawa KOH pada zeolite berpengaruh
terhadap nilai kalor biogas, dimana semakin tinggi kadar senyawa KOH yang
digunakan, kemampuan adsorpsi zeolite semakin meningkat
sehingga mengakibatkan nilai kalor biogas semakin tinggi. Selain itu kemampuan
adsorpsi zeolite akan menurun jika digunakan terus menerus
yang diakibatkan oleh terbentuknya lapisan film pada permukaan zeolite.
(Hamidi N, dkk. 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih, anda tidak menggunakan kata-kata berbau SARA. Komentar anda sangat membangun kami