Rabu, 24 September 2014

Biogas


Biogas merupakan gas mudah terbakar yang dihasilkan dari biomassa, terutama kotoran ternak/ manusia, limbah kota/ industri, dan limbah pertanian melalui fermentasi anaerob (tanpa oksigen) (Anonim, 2007).

Biogas merupakan teknologi pembentukan energi dengan memanfaatkan limbah, seperti limbah pertanian, limbah peternakan, dan limbah manusia.Selain menjadi energi alternatif, biogas juga dapat mengurangi permasalahan lingkunagan, seperti polusi udara, polusi tanah, dan pemanasan global (Wahyuni, Sri. 2011).

Anarobik sangat cocok untuk mengolah limbah cair yang mengandung bahan organik kompleks seperti limbah dari industri makanan, minuman, bahan kimia, dan obat-obatan. Bahan organik tersebut didegadrasi menjadi senyawa sederhana dan stabil melalui empat tahap yaitu hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan methanogenesis (Wagiman dan Setyoningrum, Desi. 2014).

Membuat biogas dari limbah cair melibatkan beberapa jenis mikroorganisme, baik bakteri maupun jamur. Mikroorganisme tersebut antara lain (Anonim, 2014) :

1.    Bakteri selulitik, bakteri ini bertugas untuk mencerna selulosa yang ada di dalam limbah cair menjadi gula.

2.  Bakteri pembentuk asam, bakteri ini bertugas membentuk asam-asam organik. Proses ini memerlukan suasana anaerob atau tidak memerlukan oksigen. Tahap ini merupakan tahap awal dalam pembuatan biogas, tahap ini sering disebut dengan tahap asidogenik.

3.      Bakteri pembentuk metana, golongan bakteri ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan karbondioksida. Tahap ini disebut metanogenik yang membutuhkan suasana yang anaerob, pH tidak boleh terlalu asam karena dapat mematikan bakteri metanogenik.

Biogas yang terdiri dari 60-65 persen metana. 35-40 persen karbon dioksida dan hidrogen sulfida jejak, amonia, dan kotoran lainnya adalah gas peledak dan beracun. Metana yang merupakan konstituen utama dari biogas tidak berwarna, tidak berbau dan berasa. Metana juga mudah terbakar dalam konsentrasi 5 sampai 15 persen di udara dan, karena itu, berpotensi berbahaya (Mital, K.M. 1997).

Kadar senyawa KOH pada zeolite berpengaruh terhadap nilai kalor biogas, dimana  semakin tinggi kadar senyawa KOH yang digunakan, kemampuan adsorpsi zeolite semakin meningkat sehingga mengakibatkan nilai kalor biogas semakin tinggi. Selain itu kemampuan adsorpsi zeolite akan menurun jika digunakan terus menerus yang diakibatkan oleh terbentuknya lapisan film pada permukaan zeolite. (Hamidi N, dkk. 2011).
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih, anda tidak menggunakan kata-kata berbau SARA. Komentar anda sangat membangun kami